Andreas Nawawi, Mantan Sales Panci Sukses Jualan 1.000 Properti dalam 30 Hari
Artikel Sabtu, April 04, 2015
Kenalkah Anda dengan sosok Andreas Nawawi? Jika pernah mendengar sapaan ramahnya melalui layar televisi, ‘Selamat datang di Gading Serpong,’ Anda mungkin ingat siapa dia. Ya, sebagai Direktur Marketing Paramount Land, Gading Serpong, hari-hari belakangan ini ia kerap muncul di layar kaca memasarkan produknya. Terakhir, kreasi terbaru pengembang ini menghadirkan hunian mungil dua lantai di atas lahan 48m2 seharga Rp800 juta. Dia menyebutnya sebagai rumah custom yang memberikan 8 jenis pilihan desain sesuka konsumen.
Kreasi dan inovasi ini tentu tidak lahir begitu saja. Apalagi jika melihat latar belakang pria dengan nama lengkap Budianto Andreas Nawawi ini. Terakhir menjabat sebagai Presiden Direktur PT Lippo Karawaci Tbk., (2001-2003), Nawawi menjejakkan kakinya di industri properti sejak tahun 1989. Meski tanpa pengalaman memasarkan properti, Lippo Group berani merekrutnya untuk menangani pemasaran produk Lippo Cikarang. Pertanyaannya, apa pertimbangan Mochtar Riady merekrut orang tanpa pengalaman properti ini?
“Karena prestasi saya dan tim dalam berjualan panci. Ya, kita mulai karir kita itu dengan jualan panci. Tahun 1987, ada 4 orang pertama marketing kami termasuk di antaranya Ismeth (OneProperty-red) dan Ronny Mongkar (Ex. Marketing Director Modernland-red).”
Nawawi pun berkisah, mereka memasarkan produk panci dari Perancis dengan pola single level. Ia menggerakkan semua orang untuk memasarkan produk, melalui training dan motivasi. Dalam waktu hanya setahun, mereka jadi top sales di Indonesia. Prestasi itu rupanya tercium oleh Eddy Sindoro, salah satu eksekutif Lippo kala itu.
“Pak Eddy Sindoro cerita ke Pak Mochtar Riady, katanya ada teman yang jualan panci tapi sukses dengan anggota yang banyak. Lalu dipanggilah saya sama Pak Mochtar, ditanya, itu berapa anggotanya saya bilang 15.000. Dia kaget, terus dia tanya, itu siapa mereka? Saya bilang itu ibu-ibu rumah tangga. Lho kok bisa?,” kisah Nawawi.
Mochtar Riady lalu bertanya mungkinkah pola ini diterapkan untuk menjual properti? Nawawi tidak langsung menyanggupi, ia hanya menjawab: “Saya belum pernah coba. Tapi ya saya bisa coba.”
Baca juga : Kumpulan Cerita Closing Indobroker
Baca juga : Kumpulan Cerita Closing Indobroker
Singkat kata, ia akhirnya bergabung dan akhir 1991 ia mulai menangani properti, khususnya proyek Lippo Cikarang. Ia ditantang oleh Eddy Sindoro untuk menjual 300 unit dan akhirnya ia sepakat. Namun, targetnya naik sampai 1.000 unit setelah Eddy bicara dengan James Riady.
“Pak James malah bertanya, kalau 1.000 bisa enggak? Dan, jawaban Pak Eddy ini yang membuat saya respek sama beliau sampai hari ini. Pak Eddy langsung jawab bisa, jual 1.000 unit padahal saya belum bilang bisa. Salah satu pemimpin yang mengubah hidup saya itu beliau.”
Nawawi dan tim pun mulai bergerak, memraktikan pola jualan panci yang luar biasa itu. Terbukti, pada November 1992 mereka berhasil menjual 1.124 unit rumah di Lippo Cikarang. Penjualan spektakuler itu membuat berbagai pihak terbelalak. Hingga REI pun menanyainya, bagaimana cara menjual rumah sebegitu banyaknya. Nawawi pun menjawab, caranya simpel sekali, dengan menggerakkan orang-orang yang sesungguhnya memiliki potensi menjual itu.
Nawawi meyakini bahwa pekerjaan menjual adalah sebuah pekerjaan mulia.
Baca juga : Tips dan Trik Indobroker
Setiap kerja mulia, akan mencatatkan hasil yang mulia dan dihargai orang. Berlandaskan keyakinan itu, ia berani menerima tantangan, menjual 1.000 unit dan berhasil membuktikannya dengan mencatat 1.124 unit penjualan.
Baca juga : Tips dan Trik Indobroker
Setiap kerja mulia, akan mencatatkan hasil yang mulia dan dihargai orang. Berlandaskan keyakinan itu, ia berani menerima tantangan, menjual 1.000 unit dan berhasil membuktikannya dengan mencatat 1.124 unit penjualan.
“Dalam menghadapi tantangan, saya selalu berpegang pada nasihat bijak ini. Ada satu orang memegang sebilah kayu dan berjalan di atas seutas tali tambang yang diikat di dua sisi sungai dan tali itu membentang di atas sungai.
Saat berjalan, orang ini hanya fokus melihat ke tali itu dan tidak melihat ke arah yang lain hingga tiba di seberang dengan selamat. Kenapa dia tidak jatuh? Karena ia terus fokus melihat ke depan. Andai saja dia melihat ke kiri atau ke kanan, pasti dia akan jatuh, dan gagal tiba di seberang. Nasihat ini yang selalu menjadi pegangan saya,” tutup Nawawi.
Saat berjalan, orang ini hanya fokus melihat ke tali itu dan tidak melihat ke arah yang lain hingga tiba di seberang dengan selamat. Kenapa dia tidak jatuh? Karena ia terus fokus melihat ke depan. Andai saja dia melihat ke kiri atau ke kanan, pasti dia akan jatuh, dan gagal tiba di seberang. Nasihat ini yang selalu menjadi pegangan saya,” tutup Nawawi.